TaipanQQ Lounge WhatsApp Cari Gara gara Berujung Blunder Masih banyak yang menengok lagi kronologi WhatsApp tersandung kontroversi kebijakan privasi baru. Status WhatsApp sebagai aplikasi messaging terbesar dunia, dengan 2 miliar pengguna, memang membuatnya selalu jadi pusat perhatian. Berikut runutan singkat kisah WhatsApp cari gara-gara dan berujung blunder:
Sekitar dua minggu yang lalu WhatsApp memberikan notifikasi di aplikasinya tentang ketentuan dan kebijakan privasi terbaru. Ada tiga poin utama dalam update ini yang fokus kepada perpesanan dengan akun bisnis.
Tiga poin utama dalam kebijakan terbaru ini mempengaruhi bagaimana WhatsApp memproses data pengguna, bagaimana bisnis bisa menggunakan layanan yang dihosting Facebook untuk menyimpan dan mengelola isi percakapan, dan bagaimana WhatsApp akan bermitra dengan Facebook untuk menawarkan integrasi yang lebih dalam di produk-produk mereka.
Kebijakan ini rencananya akan mulai diterapkan pada 8 Februari 2021 mendatang. Jika pengguna masih ingin mengakses WhatsApp setelah tanggal tersebut, mereka harus menerima kebijakan baru tersebut. Jika tidak setuju, pengguna bisa menghapus akun mereka.
Hal itu membuat pengguna meradang, apalagi aturan baru itu terkesan membingungkan. WhatsApp pun beberapa kali memberikan klarifikasinya. Dalam klarifikasi pertama, WhatsApp mengatakan kebijakan berbagi data dengan Facebook sebenarnya telah berlaku sejak tahun 2016.
“Sejak 2016, WhatsApp telah membagikan sejumlah data terbatas dengan Facebook di ranah backend, khususnya untuk kebutuhan infrastruktur. Tidak ada perubahan baru di update kebijakan ini,” ucap WhatsApp.
WhatsApp mengatakan perubahan kebijakan ini tidak mempengaruhi percakapan pribadi di luar konteks tersebut. “Semua percakapan ini masih akan terenkripsi end-to-end. WhatsApp maupun Facebook tidak bisa mengaksesnya,” jelas WhatsApp.
WhatsApp Cari Gara gara Berujung Blunder
Apapun klarifikasi WhatsApp tidak memuaskan banyak pengguna. Banyak yang merasa WhatsApp menyalahgunakan data mereka dengan membagikannya ke Facebook. Apalagi kemudian, Elon Musk dan Edward Snowden menyarankan agar pengguna pindah ke Signal.
Tak sedikit pula yang pindah ke Telegram. Bahkan kedua aplikasi ini sampai menjadi aplikasi paling populer di toko aplikasi seperti Apple App Store dan Google Play Store.
Seperti dikutip detikINET dari Associated Press, Jumat (15/1), analisa dari Sensor Tower menunjukkan Signal didownload sebanyak 17,8 juta kali di Play Store dan App Store pada 5 sampai 12 Januari. Itu merupakan peningkatan 61 kali lipat dari minggu sebelumnya yang sebesar 285 ribu kali.
Kemudian Telegram tembus 15,7 juta kali download di kurun waktu yang sama, 5 sampai 12 Januari, peningkatan dari jumlah 7,6 juta kali pada minggu sebelumnya. Bahkan Telegram telah mengumumkan jumlah pengguna aktif telah mencapai 500 juta user.
Adapun angka download terkini WhatsApp berada di belakang keduanya, dengan 10,6 juta kali unduhan, turun dari 12,7 juta kali download pada minggu sebelumnya. Pendiri Telegram, Pavel Durov dan Brian Acton pun langsung sigap memanfaatkan momentum.
“Gelombang masif user baru yang sudah terjadi ke Telegram terus berakselerasi. Kita mungkin saja menyaksikan migrasi digital terbesar dalam sejarah manusia,” tulis Durov di akun Telegram-nya.
“Saya rasa Signal benar-benar unggul di atas WhatsApp di kategori privasi. Kalian melihatnya di ‘label privasi’ aplikasi. Kalian melihatnya di bagaimana kami membangun produknya,” kata Acton dalam wawancara dengan NDTV.
“Kami memiliki fitur privasi seperti ‘disappearing messages’ (dan juga) semua terenskripsi, termasuk metadata kalian,” sambungnya.
Sumber : TaipanQQ