Reaksi yang Terjadi dalam Tubuh Saat Stres – TAIPANQQ – Jika kamu dimintai untuk memilih satu kata untuk merangkum pengalamanmu selama setahun terakhir, kata apa yang akan kamu pilih?
Banyak istilah berwarna-warni yang mungkin muncul di benakmu, tetapi “stres” harus mendekati urutan teratas. Bukan hanya sebelum pandemi COVID-19 menyerang manusia pada tahun 2020, stres kronis telah dikaitkan dengan sejumlah kondisi fisik dan mental yang merugikan. Ini termasuk hal-hal seperti insomnia, gangguan pencernaan, kecemasan, dan depresi.
Ternyata masalah kesehatan seperti stres memberikan efek nyata bagi masalah siklus dalam tubuh kita. Banyak diantaranya bisa membuat kehidupan menjadi bergairah maupun sebaliknya. Seperti hal ini.
Stres meningkatkan keputusan untuk menunda
Seperti halnya menutupi mata saat klimaks film horor, perasaan terbebani oleh stres bisa membuat banyak orang lari dari masalahnya. Tentu saja, ini hanya memperburuk dan meningkatkan stres dan kecemasan dalam jangka panjang seperti di lansir dari Psychol Resource and Behavior Manager.
Melansir dari Psychology Today, kecenderungan untuk menunda-nunda saat stres ini berakar pada niat biologis yang baik. Tubuh dan pikiran ingin sekali melindungi diri kita dan itu berarti menghindari pemicu stres.
Tentu pada akhirnya, cara yang jauh lebih baik untuk menurunkan tingkat stres adalah dengan mengatasi apa pun yang menjadi masalah stres bukan dengan membiarkan apalagi mengabaikannya. Reaksi yang Terjadi dalam Tubuh Saat Stres.
Namun jika di kontrol, stres adalah motivasi terbaik
Stres berdampak pada orang yang berbeda dengan cara yang berbeda. Sementara pemicu stres dapat membuat sesorang menjadi menutup diri dari dunia dan menonton film secara berlebihan.
Jika stres di jaga pada tingkat yang dapat di kendalikan, itu dapat bertindak seperti minuman energi yang sehat dari alam. Ketika stres berada pada medium bahagia, ini dapat membantu kita berjuang menuju tujuan kita dengan memberi energi bagi tubuh.
Sebagai contoh, mengutip dari PsyPost, bahwa siswa dengan motivasi kecemasan yang lebih tinggi cenderung memiliki nilai yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi kecemasan yang lebih rendah. Demikian pula, jurnalis dengan motivasi kecemasan lebih tinggi cenderung melaporkan kepuasan kerja lebih tinggi daripada jurnalis kecemasan dengan motivasi kecemasan rendah.
Desakan dari stres membuat orang menjadi lebih berpikir tajam
Sulit di percaya memang bahwa stres bisa meningkatkan kemampuan berpikir. Tetapi penelitian terbaru oleh Penn State menemukan bahwa beberapa kesulitan dan stres dalam hidup mendorong kognisi dan keterampilan berpikir yang lebih kuat.
Di antara sekelompok sukarelawan dalam penelitian ini, mereka yang melaporkan mendapatkan nilai stres harian nol hampir setiap hari memiliki kinerja yang lebih buruk pada tes kognisi daripada rekan-rekan mereka yang lebih stres.
Jadi mengalami stresor ini mungkin tidak menyenangkan. Tetapi mungkin memaksan diri untuk memecahkan masalah, dan ini mungkin benar-benar baik untuk fungsi kognitif.
Stres bisa membuat tulang melemah
Stres kronis dapat memengaruhi kepadatan tulang dan risiko osteoporosis. Saat kita stres, tubuh kita melepaskan hormon stres kortisol. Nah, kortisol membuat tulang lebih sulit menyerap kalsium.
Kadar kalsium yang rendah dalam waktu lama hampir pasti akan menyebabkan hilangnya kepadatan dan kekuatan tulang.
Selain itu, penelitian yang di terbitkan dalam Frontiers in Endocrinology melaporkan peningkatan kadar kortisol bahkan menghambat pembentukan sel-sel pembangun tulang baru.
Nah, bagaimana? Tentunya efek stres bisa menjadi hal baik dan juga hal buruk bagi kehidupan kita bukan. Namun satu hal menarik dari stres adalah kita bisa mengontrolnya. Sebab stres bisa menyerang siapapun, namun siapapun bisa mengontrolnya.
Baca juga : 20 Penyebab Jerawat Bernanah, Simak Cara Tepat Mengatasinya