Sebabkan Long COVID Karena Adanya Kerusakan Saraf Vagus
Uncategorized

Sebabkan Long COVID Karena Adanya Kerusakan Saraf Vagus

 TAIPANQQLOUNGE  – Sebabkan Long COVID Karena Adanya Kerusakan Saraf Vagus

Pandemik COVID-19 masih belum berakhir. Selain penyakit, para penyintas COVID-19 juga mesti bersiap dengan fenomena long COVID, yaitu gejala atau keluhan berkepanjangan selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah infeksi COVID-19.

Apa yang membuat infeksi Sebabkan Long COVID bisa sampai mengakibatkan long COVID. Mungkin jawabannya adalah merusak saraf Sebuah penelitian terbaru memantau kerusakan saraf vagus, salah satu saraf terpenting pada tubuh, akibat COVID-19 sebagai penyebab long COVID.

Mengenai saraf vagus dan long COVID.

Saraf vagus membentang dari otak ke torso, jantung, paru-paru, usus, dan otot-otot yang terlibat dalam aktivitas makan dan menelan Oleh karena itu, saraf ini memiliki peran dalam mengontrol detak jantung, bicara, refleks muntah, memindahkan makanan dari mulut ke lambung hingga ke usus, produksi keringat, dan lainnya.

  • Pusing
  • Peningkatan detak jantung abnormal (takikardia)
  • Tekanan darah rendah (hipotensi ortostatik)
  • Diare

Penelitian libatkan pasien long COVID

Di tempat penelitiannya dipimpin oleh para peneliti dari University Hospital Germans Trias i Pujol, Spanyol.

Penelitian yang masih berjalan sampai saat ini menguji kinerja saraf vagus pada pasien long COVID yang diduga mengalami disfungsi saraf vagus Dari 348 pasien, 228 pasien (66 persen) memiliki satu gejala disfungsi saraf vagus.

Gejala pada pencernaan dan jantung menjadi kerusakan saraf vagus

Faktanya dari 22 pasien, sebanyak 19 pasien (86 persen) mengalami tiga gejala terkait kerusakan saraf vagus yang berlangsung rata-rata 14 bulan Sebanyak 6 dari 22 pasien mengalami perubahan saraf vagus di leher yang terlihat menebal dan mengalami inflamasi ringan.

Kebanyakan pasien long COVID dengan gejala disfungsi saraf vagus mengalami serangkaian perubahan struktural dan/atau fungsional saraf vagus yang signifikan serta relevan secara klinis, termasuk penebalan saraf, kesulitan menelan, dan kesusahan bernapas,” tulis para peneliti.

Pernapasan melemah akibat kerusakan saraf vagus

Para peneliti Spanyol melakukan tes ultrasonografi (USG) pada dada para pasien long COVID yang menunjukkan gejala kerusakan saraf vagus. Pemindaian tersebut memperlihatkan kurva diafragma yang melandai pada 10 (46 persen) dari 22 pasien.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada penurunan pada mobilitas diafragma saat bernapas, atau pernapasan tidak normal. Totalnya, ada 10 (63 persen) dari 16 pasien menunjukkan penurunan tekanan pernapasan maksimum yang menjadi tanda-tanda kelemahan otot pernapasan.

pencernaan dan suara yang mengintai pasien long COVIP

Para peneliti Spanyol juga melihat adanya gangguan makan dan pencernaan pada beberapa pasien. dari tes pencernaan pada 18 pasien, sejumlah 8 pasien (42 persen) mengalami gangguan kemampuan pemindahan makanan ke lambung (melalui esofagus). Dari 8 pasien tersebut, 2 pasien (25 persen) mengalami kesulitan menelan.

Selain itu, para peneliti Spanyol mengetes suara para pasien dengan Voice Handicap Index 30. Hasilnya, dari 17 pasien, 8 pasien (47 persen) menunjukkan kinerja suara abnormal. Dari 8 pasien, sebanyak 7 pasien (88 persen) mengalami disfonia.

BACA JUGA : Sejarah Hari Valentine Dan Perlukah Merayakan?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *