Sang ibu mertua kegatelan, Sang menantu pun ikut dipakai
TaipanQQ Lounge – DUNIA semangkin tua rupanya, sehingga ada ibu mertua kegatelan. Ny. Wasimah, 40, dari NTT misalnya, tega “pinjam pakai” anak menantu sendiri, Jaenudin, 28. Tapi begitu hamil, dia kebingungan, bagaimana menutup aib tersebut. Maka saat melahirkan, bayi itu direken Ciung Wanara saja, langsung dibuang ke kali.
Dalam legenda Pasundan, ada diceritakan bayi Ciung Wanara dibuang ke kali, kemudian ditemukan Ki Balagantrang. Dalam kisah perwayangan juga ada kisah serupa, yakni bayi Sinta dibuang ke kali dan ditemukan Prabu Janaka dari Mantilidirja. Di era gombalisasi, bayi dibuang ke kali bukan karena persaingan perebutan tahta, tapi gara-gara asmara yang melanggar batas kelaziman.
Ny. Wasimah, warga Waiblama, Kabupaten Sikka, diyakini tak pernah baca kisah Ciung Wanara maupun Dewi Sinta. Tapi dia tanpa sengaja menduplikasi legenda Pasundan dan perwayangan, hanya gara-gara terlalu lama menjanda, jadi kegatelan tanpa bisa disembuhkan Salep 88 ataupun Kalpanak.
Setahun yang lalu Ny. Wasimah menikahkan putri sulungnya, Sunih, 20, dengan pemuda pilihannya, Jaenudin. Karena belum punya rumah, keluarga baru itu kemudan tinggal bersama di rumah ibu mertua. Sebetulnya Jaenudin juga ingin punya rumah dengan DP nol rupiah, sayangnya Anies Baswedan bukan Gubernur NTT.
Bagi Ny. Wasimah, keberadaan menantunya di rumah sangat membantu, karena bisa bersih-bersih pekarangan rumah, juga pekerjaan di sawah. Tapi ternyata lebih dari itu. Di malam hari Jaenudin diminta pula mencangkul “sawah” mertua yang tak seberapa luas dan tak pernah disertifikatkan, baik HGB maupun SHM.
Jaenudin keterlaluan, berkhianat sama istri, bernikmat-nikmat sama mertua!
Mestinya Jaenudin bisa menolak ajakan gila sang mertua. Tapi karena mencangkul yang begituan mengasyikkan juga, dia tak mampu menolak. Maka setiap istrinya telah tidur pules, justru dia menyelinap ke kamar ibu mertua, lalu kemudian, “Cangkul, cangkul yang dalam, menanam jagung di kebun orang……!”
Menjelang Pilpres ini, emak-emak militan banyak digunakan sebagai pendukung timses. Tapi emak-emak celamitan macam Ny. Wasimah, justru mengganggu hak mutlak anak sulungnya, Sunih. Maklum, sejak suaminya meninggal dia tak pernah lagi memperoleh kehangatan malam. Lama-lama rupanya jadi kegatelan, solusinya bukan Salep 88 maupun Kalpanak, melainkan anak menantu sendiri.
Entah berapa kali Wasimah pinjam pakai anak menantu, tak ada catetannya, wong tak pernah dicatat di kalender dinding. Yang jelas, sekian bulan kemudian Wasimah hamil. Bingung dia bagaimana solusinya. Minta dinikahi Jaenudin, mana mungkin poligami kok ibu dan anak? Bisa-bisa masuk lagu “Udin sedunia” nantinya. “Udin yang kawini ibu mertua, namanya Jaenudin…..!”
Kiat yang dilakukan Ny. Wasimah hanyalah, kemudian ke mana-mama pakai baju longgar. Tapi itu juga tak menyelesaikan masalah, sebab sekian bulan kemudian, bayi itu benar-benar lahir. Malu pada anak dan tetangga, enak saja bayi itu langsung dibuang ke kali. Sayangnya, bayi hanyut itu tak ditemukan Ki Balagantrang maupun Prabu Janaka, tapi justru penggembala kerbau, itupun sudah mati.
Polisi dilapori dan dilakukan penyelidikan, akhirnya mengarah pada Ny. Wasimah. Dia tak bisa mengelak, karena bukti-buktinya sangat meyakinkan. Tak ayal lagi dia ditangkap sementara Jaenudin sang menantu statusnya masih saksi.
Sumber : Taipanqq