TAIPANQQ– 5 Efek Jangka Panjang dari Toxic Parents yang Perlu Kamu Sadari Toxic parents adalah orangtua yang kerap kali memberikan dampak negatif pada anak melalui perilaku yang merusak kesehatan mental dan emosional. Meski mungkin tidak di sadari, pola asuh yang penuh kritik, manipulasi, atau kontrol berlebihan dapat meninggalkan bekas mendalam yang memengaruhi kehidupan anak hingga dewasa.
Untuk itu, penting bagi kita menyadari efek jangka panjang dari toxic parenting agar bisa mengenali dan mengatasinya dengan tepat. Berikut adalah lima efek jangka panjang dari toxic parents yang perlu kamu sadari.
Kesulitan membangun kepercayaan diri
Anak-anak yang tumbuh dengan toxic parents sering kali di bombardir dengan kritik atau komentar merendahkan yang membuat mereka meragukan nilai diri sendiri. Orangtua yang terus-menerus menunjukkan ketidakpuasan atau menuntut kesempurnaan bisa membuat anak merasa tidak pernah cukup baik. Efeknya, ketika mereka dewasa, sering kali muncul rasa tidak percaya diri dan ketakutan akan kegagalan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, hubungan, atau mengambil keputusan penting.
Hal ini berpotensi membuat kita ragu untuk mengejar impian atau bertindak lebih berani dalam kehidupan. Perasaan “tidak cukup” ini dapat menghambat pertumbuhan pribadi, serta membuat kita bergantung pada validasi eksternal untuk merasa di hargai atau di terima. Pada akhirnya, proses pemulihan dari efek ini memerlukan pengakuan bahwa kita layak dan berharga, terlepas dari penilaian orang lain, terutama dari orangtua yang toxic.
Masalah dalam hubungan interpersonal
Toxic parenting sering kali mengajarkan anak pola hubungan yang tidak sehat, seperti ketergantungan emosional, manipulasi, atau pengabaian kebutuhan emosional. Akibatnya, ketika dewasa, anak-anak ini cenderung mengalami kesulitan membangun hubungan yang sehat dan saling mendukung. Mereka mungkin takut akan kedekatan emosional, atau sebaliknya, terlalu bergantung pada pasangan atau teman untuk merasa aman.
Selain itu, kita mungkin menemukan diri kita terjebak dalam pola relasi yang sama seperti yang di ajarkan oleh orangtua. Misalnya, terlibat dengan pasangan yang manipulatif atau sulit mempercayai orang lain. Untuk membebaskan diri dari siklus ini, penting untuk belajar mengenali pola-pola beracun tersebut dan mengembangkan keterampilan berkomunikasi serta menetapkan batasan dalam hubungan.
Pola komunikasi yang buruk
Toxic parents sering kali tidak memberikan contoh komunikasi yang sehat, seperti mendengarkan dengan empati, berbicara dengan penuh hormat, atau menyelesaikan konflik secara konstruktif. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan seperti ini cenderung membawa pola komunikasi yang buruk ke kehidupan dewasa. Mereka mungkin kesulitan mengekspresikan perasaan dengan jelas atau justru cenderung menghindari konflik, karena terbiasa meredam emosi.
Kita perlu menyadari bahwa kemampuan berkomunikasi yang sehat adalah kunci untuk hubungan yang baik dan penyelesaian masalah yang efektif.
Sulit mengatur batasan
Anak-anak dari toxic parents sering kali tumbuh dalam lingkungan di mana batasan pribadi tidak di hormati. Mereka mungkin merasa sulit mengatakan “tidak” atau menetapkan batasan yang jelas dalam hubungan atau pekerjaan.
Jika kita tidak bisa menetapkan batasan, kita mungkin akan merasa kelelahan atau di manfaatkan oleh orang lain.
Kecemasan dan depresi
Lingkungan rumah yang penuh tekanan, kritik, atau manipulasi dari toxic parents dapat menjadi pemicu utama gangguan kecemasan dan depresi pada anak yang kemudian terbawa hingga dewasa.
Gangguan mental ini dapat mengganggu berbagai aspek kehidupan kita, mulai dari pekerjaan, hubungan, hingga kesehatan fisik.
Menyadari dan memahami efek jangka panjang dari toxic parents adalah langkah awal untuk menyembuhkan diri.