TAIPANQQ– 5 Tips Jadi Orangtua Bijak saat Larang Anak Berpacaran, Harus Solutif! Menjadi orangtua memang bukanlah peran yang mudah. Bak sebuah pekerjaan, maka menjadi sosok orangtua ialah pekerjaan 24 jam tanpa mendapatkan gaji sepeser pun. Sebaliknya, justru menjadi orangtua harus mengeluarkan tenaga, waktu, hingga biaya secara finansial untuk kehidupan sang anak
Dengan besarnya pengorbanan yang di berikan, tak jarang terkadang orangtua jadi lepas kendali saat anak berbuat sesuatu yang tidak semestinya. Salah satunya, yakni jatuh cinta di saat yang tidak tepat. Baik karena usia yang belum dewasa, belum siap, maupun orang yang di sukai bukanlah orang yang baik. Nah, kalau kamu mau melarang anakmu berpacaran, berikut tips bijaknya secara lengkap.
Pahami bahwa benih-benih cinta itu hadir secara alamiah
Sadar atau tidak, cinta merupakan perasaan yang tumbuh dengan begitu alamiah. Tanpa memandang siapa targetnya, mau anak-anak, maupun orang yang sudah dewasa. Pun tak bisa memilih untuk jatuh cinta dengan orang yang tepat, maupun orang yang salah.
Dengan begitu, tentunya benih-benih cinta yang muncul dalam hati seseorang yang belum waktunya itu tidak bisa di kendalikan, ya. Termasuk, oleh orangtuanya sendiri, mengingat perasaan itu muncul dengan sendirinya. Secara logika, bukanlah sebagai orangtua juga dahulu pernah merasakan jatuh cinta? Bukankah rasa itu tidak bisa di kontrol lantaran hadir dengan sendirinya?
Jangan hanya melarang berpacaran, tapi juga memberi solusi
Oleh karena rasa cinta itu lahirnya secara alamiah dan tidak bisa di kontrol, maka di butuhkan peran aktif orangtua untuk mendampingi sang buah hati. Dengan kata lain, jangan hanya melarang sang anak untuk berpacaran, melainkan juga berikan solusinya, ya. Solusi dalam hal apa? Tentu tergantung tujuannya, ya.
Misalnya saja sebagai orangtua bisa memberikan solusi dengan mengarahkan sang anak untuk berteman baik dengan orang yang di sukainya. Sampai nanti pada waktu yang tepat, sudah sama-sama dewasa dan siap, barulah bisa menjalan hubungan cinta jika memang berjodoh. Poin pentingnya, jangan lupa tetapkan dan sepakati batasan-batasannya supaya tetap berada di jalur yang aman, ya!
Jangan memaksa anak langsung melupakan perasaan cinta
Mengapa menyuruh anak melupakan rasa cintanya tidak bisa di anggap sebagai solusi yang tepat? Jawabannya, coba posisikan diri menjadi apa yang di alami oleh anak. Betapa sulit dan sakitnya melepaskan perasaan berbunga-bunga yang ada di dalam hati. Sekali lagi ingat, perasaan cinta itu bisa datang tanpa memandang usia maupun kesiapan orang yang bersangkutan. Anak yang masih kecil pun bisa di terpa hadirnya benih-benih cinta, lho.
Tentunya, sebagai orangtua yang bijak tak ingin membuat anak terluka semakin parah karena harus di paksa melupakan perasaan cintanya, ya. Sudah belum maupun tidak bisa memiliki orang yang di sukai, masih juga di paksa melupakannya. Mengarahkan anak untuk bisa melupakan dan melepaskan perasaan cintanya itu boleh, tapi tentu harus perlahan-lahan supaya tak menyiksa hati anakmu, ya.
Perasaan cinta tidak bisa di kontrol, tapi responnya bisa di kontrol
Hadirnya perasaan cinta memang tak bisa di kontrol, ya karena sudah alamiah. Namun, respon akan hadirnya benih-benih cinta itu bisa di kendalikan, lho. Apakah ingin terus terjerumus dengan cinta yang salah pun cinta di waktu yang tidak tepat. Ataukah merespon dengan menahan perasaan cinta bak mencintai dalam diam tanpa memaksa melupakan perasaan yang ada.
Nah, di sini di butuhkan penting orangtua dalam mengontrol respon atas perasaan cinta yang ada di dalam hati anak, ya. Jangan sampai anak jadi membabi-buta melakukan apa pun hanya demi cinta. Bantulah anak untuk tetap bisa berpikir logis dan rasional di tengah hatinya yang sedang berbunga-bunga.
Beri anak kesibukan yang progresif tanpa membebani
Puncaknya, untuk bisa mengendalikan perasaan cinta yang belum tepat waktunya, maka orangtua bisa memacu semangat anak dalam di mensi kehidupan yang lain. Tapi, jangan berikan anak kegiatan yang membebani dengan dalih supaya cepat melupakan perasaan cintanya karena dengan kesibukan maksimal hingga tak punya waktu kosong.
Ingat, jangan menyakiti anak sendiri hanya karena perasaan cinta yang lahirnya juga tak bisa ia kontrol. Cobalah untuk fokus memberikan anak kegiatan progresif yang sesuai dengan hobi, bakat, dan minatnya. Dengan begitu, anak bisa lebih excited dalam menjalani kegiatan barunya.
Harapannya, fokus anak yang teralih bisa membuat dirinya perlahan tapi pasti bisa melepaskan perasaan cintanya dengan lapang dada tanpa beban maupun tersika. Bagiamana? Sudah siap untuk mempraktikkan lima tips di atas? Tetap menjadi orangtua yang bijak dengan memahami situasi dan kondisi yang ada, ya!