TaipanQQ Lounge – 6 Bangunan Tua Bersejarah di Indonesia yang Tetap Populer hingga Kini.Belanda adalah salah satu negara yang menjajah Indonesia hingga 364 tahun lamanya. Maka tak heran jika di Indonesia masih banyak bangunan-bangunan tua yang dulunya adalah kantor hingga hotel-hotel yang didirikan oleh Belanda.
Museum Wayang
Wayang adalah salah satu bangunan tua bersejarah di Indonesia yang sudah berdiri sejak 1640 silam. Museum ini dulunya adalah milik Belanda yang di beri nama dengan De Oude Hollandsche yang berarti gereja lama Belanda.
6 Bangunan Tua Bersejarah di Indonesia yang Tetap Populer hingga Kini
Fatahillah
Fatahillah menempati dua gedung di area Kota Tua yang dulunya adalah gedung balaikota. Gubernur Jenderal Joanvan Hoon memerintahkan untuk membangun gedung ini pada tahun 1707 dan selesai pada tahun 1712. Setelah beberapa kali mengalami pengalihan fungsi, akhirnya gedung ini ditetapkan sebagai museum sejarah Jakarta pada tahun 30 Maret 1974.
Museum Taman Prasasti
Bangunan tua bersejarah selanjutnya adalah Museum Taman Prasasti. ini sebelumnya adalah sebuah pemakaman umum yang bernama kebon jahe kober dengan luas 5,5 hektar dan juga di bangun pada tahun 1795.
Museum Seni Rupa dan Keramik
ini di di rikan pada tahun 1866-1870 silam. Namun baru di resmikan sebagai museum oleh presiden Soeharto pada tahun 1976. Pada awalnya, bangunan ini adalah sebuah lembaga pengandilan tertinggi Belanda atau Raad van Justitie. Kemudian, pada masa penjajahan Jepang gedung ini di jadikan sebagai asrama militer. Poker Online
Hotel Majapahit
Hotel Majapahit merupakan bangunan tua bersejarah yang telah menjadi saksi bisu perobekan bendera Belanda (merah putih biru) menjadi bendera Indonesia (merah putih) oleh arek-arek Suroboyo kala itu. Pada mulanya hotel ini bernama hotel Yamato yang di bangun oleh Lucas Martin Sarkies.
Gedung Negara Grahadi
Gedung negara grahadi pada awalnya di jadikan sebagai tempat peristirahatan pejabat Belanda dan juga tempat pertemuan dan pesta. Bangunan ini di di rikan pada masa berkuasanya Residen Dirk van Hogendorps pada tahun 1795 silam. Pada tanggal 9 November 1945 tempat ini sempat di jadikan sebagai tempat perundingan Presiden Soekarno dengan Jenderal Hawtorn.