Remdesivir yang dijual dengan nama Veklury dan Gilead Sciences
Covid-19 sudah lebih dari dua tahun menginfeksi jutaan orang di dunia. Pandemi Covid-19 juga mengubah perilaku orang-orang, dari yang tidak memakai masker menjadi wajib memakai masker saat beraktivitas di luar rumah.
Hingga kini, para peneliti masih terus berupaya menemukan obat yang tepat untuk Covid-19. Untuk menekan tingkat keparahan dan penyebaran Covid-19, para peneliti menganjurkan orang-orang melakukan vaksinasi.
Beberapa alternatif antivirus juga bisa digunakan untuk mendukung pengobatan Covid-19, salah satunya ialah Remdesivir yang dijual dengan nama Veklury dan Gilead Sciences. Lantas, apakah Remdesivir yang diklaim sebagai obat pertama Covid-19 ini efektif menekan penyebaran varian Delta dan Omicron?
Simak rangkuman penjelasan dari Popmama.com di bawah ini mengenai hubungan Remdesivir dan Covid-19 yuk, Ma!
1. Studi Remdesivir melibatkan 10 varian Covid-19
Gilead Sciences memaparkan bahwa pengembangan Remdesivir melibatkan 10 varian Covid-19, termasuk varian Omicron yang baru muncul akhir November 2021.
Melalui pernyataan resminya pada Jumat (11/2/2022), Gilead Sciences menyebut bahwa studi Remdesivir merupakan studi lintas negara untuk menguji efektivitas obat tersebut.
Perusahaan biofarmasi asal Amerika Serikat itu menjelaskan, hasil studi Remdesivir masih bisa berubah dan belum bisa menjadi patokan medis yang absolut. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menguji efektivitas obat tersebut terhadap Covid-19.
2. Remdesivir ampuh tekan varian Delta dan Omicron
Berdasarkan hasil studi sementara, Remdesivir efektif untuk menekan varian Delta dan Omicron. Gilead Sciences mengklaim bahwa Remdesivir juga ampuh menekan varian lainnya yang telah menginfeksi jutaan orang selama dua tahun terakhir.
Remdesivir bekerja dengan menghambat replikasi virus di sel inang. Saat masuk ke tubuh, Remdesivir terurai menjadi trifosfat aktif yang menyatu dengan RNA SARS-CoV-2, kemudian menghentikan replikasi virus di sel yang terinfeksi.
Itulah sebabnya, Remdesivir bisa menekan penyebaran varian Omicron dan Delta yang mudah bereplikasi.
3. Remdesivir boleh digunakan pasien bergejala ringan
Remdesivir awalnya digunakan untuk pasien Covid-19 bergejala berat atau seedang yang dirawat inap di rumah sakit. Namun, sejak Januari 2022, Remdesivir sudah diizinkan untuk digunakan oleh pasien bergejala ringan yang tidak dirawat di rumah sakit.
Gilead Sciences kemudian mempercepat izin penggunaan Remdesivir untuk pasien Covid-19. Hasil penelitian yang melibatkan 562 partisipan menunjukkan bahwa obat ini mampu menurunkan tingkat keparahan gejala akibat Covid-19 dan risiko kematian. Efek samping yang ditimbulkan pun terbilang ringan, yakni sakit kepala dan mual.
Itulah ulasan singkat seputar obat Remdesivir. Penggunaan obat tersebut masih membutuhkan penelitian lebih lanjut, namun sejauh ini sudah dapat digunakan untuk pasien Covid-19, baik yang dirawat inap maupun tidak dirawat inap.
Semoga informasi terkait Remdesivir untuk bisa menjadi pengetahuan baru, ya.