Blunder Dunia Bisnis Patut Dijadikan Pelajaran
BERITA UNIK

Blunder Dunia Bisnis Patut Dijadikan Pelajaran

Blunder Dunia Bisnis Patut Dijadikan Pelajaran – TaipanQQ – Manusia memang nggak luput dari yang namanya kekhilafan. Ada kalanya kita berbuat salah, dan terkadang kesalahan itu bikin kita menyesal dalam waktu lama.

Khilaf pun nggak cuma terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tapi juga bisa kita temukan di bidang bisnis. Memang sih, pepatah bilang kesalahan dan kegagalan itu wajar dialami dalam dunia bisnis. Tapi kita juga harus ingat, kalau ngomongin bisnis, pasti ujung-ujungnya berurusan sama uang. Salah ambil keputusan, uang bisa melayang.

Tapi dari waktu ke waktu, ada saja pengusaha yang merugi atau menyia-nyiakan kesempatan besar buat dapat keuntungan melimpah. Nah, kalau kamu mau menjajal karier di bidang bisnis, kisah ini bisa kamu jadikan pelajaran. Yuk langsung kita simak kesalahan bisnis paling terkenal yang tercatat dalam sejarah.

Google pernah “diobral”, tapi…

Blunder Dunia Bisnis Patut Dijadikan Pelajaran

Kalau Google bisa saya beli dengan harga Rp1 juta, saya beli dah sekarang juga. Apa? Nggak mungkin katamu? Iya juga sih.

Sebagai perusahaan ternama, harga Google tentu nggak sama dengan ongkos makan sekeluarga di restoran seafood. Tapi faktanya, di tahun 1999 sempat ada perusahaan yang punya kesempatan membeli Google dengan harga miring. Perusahaan itu bernama Excite.

Untuk browsing di internet, netizen era 90-an lebih sering memakai Yahoo atau Excite ketimbang Google. Waktu itu Google masih sangat muda dan belum tersohor.

Suatu hari pendiri Google, Larry Page, menawarkan perusahaannya ke Excite dengan harga $750.000 (sekitar Rp10,5 miliar) saja. Salah satu ketentuan pembelian mengharuskan Excite untuk memakai teknologi Google di mesin pencarinya. Tapi sayang, tawaran Larry Page itu ditolak.

Pada akhirnya Excite dibeli oleh Ask.com. Sedangkan Google sekarang punya aset yang harganya 173.333 kali lebih tinggi dari harga yang ditawarkan Larry Page pada Excite di tahun 1999.

Perusahaan rekaman yang menolak The Beatles

Blunder Dunia Bisnis Patut Dijadikan Pelajaran

Saya baru tahu band sekelas The Beatles pernah ikut audisi rekaman. Saya kira mereka langsung manggung, diteriakin cewek-cewek, terus dihujani tawaran rekaman gitu. Tapi ternyata band kelas dunia itu pernah ikut audisi, dan mereka sempat merasakan pahitnya ditolak!

Jadi ceritanya, pada Desember 1961 duo pencari bakat dari Decca Records, Mike Smith dan Dick Rowe, pergi ke Liverpool buat nonton konser band lokal, The Beatles. Merasa The Beatles punya talenta, Smith dan Rowe lantas mengundang John Lennon dan kawan-kawan buat ikut audisi di London. Di dapur rekaman, The Beatles memainkan 15 lagu, lalu pulang dan menunggu hasil audisi.

Beberapa minggu kemudian, Rowe kasih kabar ke manajer band kalau labelnya nggak tertarik buat menaungi The Beatles. Alasannya lagu-lagu mereka terdengar kayak band populer The Shadows. Terus Rowe melanjutkan, “Lagian sekarang bukan zamannya band gitar.”

Hmm… benar-benar keputusan yang buruk. Selain gagal menilai talenta, Rowe dan Decca Records juga membuang peluang bisnis yang menguntungkan. Blunder Dunia Bisnis Patut Dijadikan Pelajaran

Untungnya, EMI Records langsung menggaet The Beatles. Dari situlah masa kejayaan band gitar kembali dimulai. The Beatles akhirnya menjelma jadi salah satu band paling populer (dan terlaris) sepanjang masa.

Penerbit yang menolak novel Harry Potter


Sebagian dari kamu mungkin pernah baca novel fantasi karya J.K. Rowling Harry Potter and the Philosopher’s Stone ‘kan? Yup, itulah novel pertama dari seri kisah bocah berkacamata bulat. Tapi di balik kesuksesannya, ternyata J.K. Rowling sempat kesulitan mencari penerbit yang bersedia menerbitkan novel pertamanya itu.

Belasan penerbit bergengsi termasuk HarperCollins dan Penguin Books sempat menolak mentah-mentah naskah Harry Potter and the Philosopher’s Stone. Padahal Rowling yakin karyanya itu bakal laku keras.

Buat penggemar Harry Potter, pasti berat rasanya membayangkan novel favorit kamu nggak pernah terbit. Tapi untungnya, perusahaan penerbit asal Inggris, Bloomsbury bersedia mencetak Harry Potter and the Philosopher’s Stone. Alasannya cukup menarik. CEO Bloomsbury dipaksa anak perempuannya yang berusia 8 tahun buat menerbitkan karya Rowling itu. Si gadis jadi fans berat Harry Potter setelah baca naskah J.K. Rowling.

Baca juga : 5 Minuman Sehat Yang Rendah Kalori Untuk Penderita Diabetes

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *