Cara Awak Buruk bagi Pemula Bisnis – TaipanQQ – Berkat internet, sekarang siapa saja bisa dengan mudah memulai bisnis online. Kamu tinggal sediakan koneksi internet, bikin akun media sosial, cari barang atau jasa yang ingin kamu jual, dan pasarkan lewat media sosial. Karena saking gampangnya, tren jual beli daring atau e-commerce di Indonesia meningkat pesat dan menjadi primadona.
Hal tersebut diperkuat juga dengan ajakan dan iming-iming para pelaku usaha yang mengajak para pemula untuk memulai bisnis mereka sendiri. Beragam saran pun mereka lontarkan demi menarik minat para pemula. Memang nggak salah sih, tapi yang bikin bahaya adalah kalau para pemula tersebut menelan mentah-mentah semua saran dan nasihat yang mereka terima.
Memang apa saja saran dan nasihat yang perlu dicermati lagi sebelum kita memulai bisnis? Ini dia.
Tiru pesaingmu
Ketika kamu tak tahu ingin memulai bisnis apa, nasihat yang paling sering didengungkan adalah coba perhatikan sekeliling dan ambil peluang dari sana.
Namun perlu diketahui, apa yang kamu tiru itu nggak hanya terbatas pada komoditas yang orang lain jual dan proses bisnis mereka. Tatkala kamu memutuskan untuk meniru, otomatis kamu juga harus memerhatikan ide dan strategi penjualan mereka dalam memasarkan produk.
Kalau ingin mengaplikasikan saran ini, yang harus kamu lakukan adalah memegang teguh prinsip ATM (Amati-Tiru-Modifikasi). Dengan prinsip ATM, kamu juga akan tetap memiliki inovasi dan perbedaan dibandingkan dengan para kompetitor kamu
Tawarkan harga yang murah supaya pembeli tertarik
Harga murah memang dapat menarik minat pembeli. Tapi coba hitung-hitung dulu dengan cermat. Jangan sampai keuntungan yang kamu dapat nggak bisa nutup modal yang kamu keluarkan.
Selain itu kamu perlu punya pertimbangan matang dalam menentukan harga, jangan hanya pengin jadi yang paling murah. Pertimbangkan hal-hal lain seperti nilai jual atau pelayanan ekstra, sehingga pembeli nggak akan merasa keberatan meski harga produk atau jasa kamu lebih mahal dari harga pasar. Cara Awak Buruk bagi Pemula Bisnis
Tapi kalau memang kamu ingin menawarkan harga yang lebih murah dibandingkan kompetitor, mungkin kamu bisa meniru strategi Xiaomi. Mereka mengaku tidak mengambil untung dari penjualan smartphone. Itu karena mereka memang tak mengincar keuntungan finansial dari sisi penjualan.
Terus dari mana mereka dapat untung? Branding dan penjualan produk mereka yang lain seperti tas, aksesoris, alat tulis, dan peralatan smart home.
Jangan takut mengambil risiko
Nggak ada yang salah dengan pernyataan ini. Tapi yang salah adalah jika kamu mengambil risiko tanpa pertimbangan yang benar-benar matang. Yang lebih parah lagi kalau kamu berani mengambil risiko tanpa memakai perhitungan angka dan data yang valid, melainkan hanya bersumber dari kata-kata mutiara, motivasi, insting, dan keyakinan belaka.
Usahakan semua keputusan yang kamu ambil untuk bisnis harus bersumber dari data dan angka.
Terus berjuang dan jangan pernah menyerah
Ini juga sebenarnya nggak salah, tapi juga nggak sepenuhnya benar. Kalau kamu baca-baca biografi figur-figur tersohor macam John Pemberton (penemu Coca Cola), Jack Ma (pendiri Ali Baba), Walt Disney (yaaah, kamu tahu lah siapa dia), atau J.K. Rowling (penulis Harry Potter), pasti diceritakan kalau awalnya mereka sempat bersusah-susah dulu sebelum akhirnya sukses karena kegigihan mereka.
Namun, ada kalanya kamu juga harus realistis dalam menilai kondisi diri kamu sendiri. Faktor-faktor seperti angka, data, kondisi internal, strategi penjualan, dan strategi pemasaran juga harus kamu pertimbangkan.
Kalau kamu sudah berusaha sekuat tenaga dan kendala dalam bisnis masih belum bisa diatasi, mengambil langkah mundur juga keputusan yang baik kok. Jenderal perang pun harus tahu kapan mereka mundur dari medan perang. Karena kalau nggak, semua tentaranya bisa dihancurkan oleh musuh.
Berbisnis nggak bisa dijadikan sampingan
Supaya optimal, memang benar kalau kamu mendingan menjadikan bisnis sebagai pekerjaan utama, bukan pekerjaan sampingan. Bahkan ada saja saran yang bilang, jika seseorang memutuskan untuk berbisnis, dia lebih baik fokus ke bisnis.\
Kalau skala bisnis kamu udah berkembang di tingkatan menengah (atau malah sudah besar), saran ini memang bisa kamu terapkan).
Tapi saat bisnis kamu baru mulai atau masih berbentuk usaha kecil-kecilan, mending jangan dulu deh. Pekerjaan utama kamu bisa kamu jadikan sokongan buat bisnis, baik dalam hal permodalan maupun sebagai cadangan kalau-kalau bisnismu nanti nggak sesuai dengan harapan.
Baca juga : 5 Gili Alternatif di Lombok