Taipanqqlounge – Banyak yang mengira, kerja di Singapura sudah pasti menyenangkan. Karena, Singapura adalah negara makmur yang bisa memberikan kamu gaji besar dengan kurs SGD (Singapore Dollar). Makanya, banyak banget yang pingin tinggal dan bekerja di sana. Apalagi, di sana juga banyak tempat wisata menarik yang bisa dikunjungi. Enak kan, bisa kerja sambil liburan. Eh ternyata, kenyataannya nggak seindah yang dibayangkan. Memang sih menyenangkan, tapi banyak juga dukanya. Berikut curhatan orang Indonesia di Singapura.
GAJI LEBIH TINGGI, TAPI PENGELUARAN JUGA BESAR
Jelas gaji di Singapura lebih besar daripada gaji di Indonesia karena hitungannya pakai kurs SGD. Tapi, pengeluaran di sana juga jauh lebih besar. Kalau ngekos di Jakarta, kamu sudah bisa dapat kamar kos dengan kamar mandi dalam seharga Rp 2 juta per bulan. Sedangkan, kalau ngekos di Singapura, biaya kos paling murah untuk kamar kos yang ada kamar mandi dalam, harganya sekitar SGD 1000 (sekitar Rp 10 juta) per bulan.
Itu baru bicara soal harga kamar kos. Belum lagi harga barang-barang lainnya. Harga barang di Singapura bisa dua kali lipat lebih mahal ketimbang harga barang di Indonesia. Makanya, orang Indonesia yang kerja di Singapura biasanya belajar berhemat. Mereka bisa membedakan apa yang jadi kebutuhan dan apa yang jadi keinginan. Misalnya, dengan lebih banyak naik MRT, bus, atau jalan kaki, ketimbang naik taksi. Jika mereka pulang ke Indonesia, biasanya mereka bakal menyetok kebutuhan pokok untuk dibawa ke Singapura, seperti obat-obatan, pembalut, sampo, sabun, dan lain-lain. Kalau nggak ngirit, nggak bakal bisa kirim uang ke ortu, deh.
IKUT SUAMI KE SINGAPURA PUN, BIASANYA HARUS BEKERJA JUGA
Wah, bisa santai-santai dong di Singapura sambil terima gaji dari suami.
Seperti itu deh, komentar orang-orang begitu tahu teman mereka harus ikut suami ke Singapura. Mereka menganggap kalau dibawa suami ke Singapura sudah pasti hidupnya bakal nyaman dan sejahtera. Padahal, nggak semua orang hidupnya seberuntung itu. Karena, seperti curhatan nomor satu tadi, biaya hidup di Singapura itu besar. Untuk menutupi biaya besar tersebut, istri pun harus ikut bekerja. Lagipula, di mana pun kita tinggal, yang namanya double income jelas lebih bagus kan?
Meskipun si suami mampu membiayai kehidupan keluarga dengan mencari nafkah sendirian di Singapura, biasanya sih para istri tetap memilih untuk bekerja juga. Soalnya, kalau nggak kerja, mereka bakal merasa makin kesepian. Namanya juga hidup di negeri orang dan jauh dari keluarga dan teman-teman. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan supaya nggak kesepian adalah bekerja sambil bersosialisasi di tempat kerja.
SERING KANGEN DENGAN INDONESIA
Meskipun makanan di Singapura dan Indonesia kelihatan serupa karena banyak Chinese food dan ada beberapa resto yang menjual makanan Indonesia, tapi makanan di Singapura jelas kalah enak jika dibandingkan dengan makanan di Indonesia. Soalnya, makanan di sana kurang terasa micin dan bumbunya. Selain itu, pemakaian cabainya juga lebih sedikit. Jadi, kurang cocok dengan lidah orang Indonesia. Harga makanannya juga lebih mahal. Wajar aja deh, kalau orang Indonesia yang tinggal di Singapura bakal sering kangen dengan makanan Indonesia.
Bukan cuma kangen sama makanan Indonesia, tapi kebanyakan dari mereka sudah pasti kangen dengan keluarga dan teman-teman di Indonesia. Tahu sendiri kan seperti apa rasa kekeluargaan orang Indonesia? Mungkin, di Singapura kamu bisa mendapatkan banyak teman, tapi percaya deh, nggak ada yang bisa mengalahkan kedekatan kamu dengan teman-teman di Indonesia yang sudah mengenal kamu luar dalam.
HARGA DAGING SAPI DAN IKAN LEBIH MAHAL
Untuk yang non-Muslim, kamu nggak akan menemui kesulitan makan di Singapura. Karena, harga daging babi yang jauh lebih murah. Nah, kalau untuk yang Muslim, harus pintar-pintar mengatur keuangan supaya bisa tetap menikmati daging sapi atau ikan yang harganya lebih mahal. Mungkin karena daging sapi dan ikan di sana harus diimpor dari luar negeri dan pajak di Singapura juga besar, sehingga harga daging sapi dan ikan jadi lebih mahal.
CURHATAN: ORANG TIONGHOA-INDONESIA PASTI DICAP KAYA RAYA
Orang-orang Singapura mengidentikan orang Tionghoa-Indonesia yang datang ke Singapura adalah orang-orang super tajir yang gemar belanja banyak barang branded di Orchard Road dalam waktu kurang dari satu jam. Karena punya pemikiran seperti itu, orang Singapura suka heran dengan Tionghoa-Indonesia yang bekerja di Singapura.
Ngapain masih mau kerja di sini? Kan sudah kaya raya dari sananya.
Padahal, kebanyakan orang Tionghoa-Indonesia yang belanja barang branded di Singapura adalah mereka yang berlibur, bukan pendatang yang bekerja di Singapura. Sedangkan para pendatang yang bekerja di Singapura kebanyakan lebih suka berhemat ketimbang sering berbelanja barang branded.
Bukan hanya soal identitas kekayaan yang dipertanyakan, tapi juga soal kemampuan bahasa Mandarin. Orang-orang Singapura juga mengira orang Tionghoa-Indonesia sudah pasti mahir berbahasa Mandarin. Mau nggak mau, orang Tionghoa-Indonesia pun jadi belajar bahasa Mandarin yang biasanya dikombinasikan dengan bahasa Inggris (Singlish) yang menjadi ciri khas orang Singapura.
CURHATAN: FOKUS KERJA BUKAN LIBURAN
Kebanyakan pendatang yang bekerja di Singapura memang fokusnya adalah bekerja, bukan liburan. Jadi, jangan bayangin mereka bisa kerja sambil traveling di Singapura. Mereka jarang banget ikutin tren hiburan di Singapura. Nggak ada tuh yang namanya tiap weekend wajib mampir ke Universal Studios Singapore (USS) buat main banyak wahana permainan. Mereka sama aja seperti kita yang ketika weekday sudah lelah dengan pekerjaan, begitu weekend nggak sempat ke mana-mana dan cuma menghabiskan waktu di rumah untuk istirahat, nonton drama, cuci baju, atau merapihkan rumah. Kalau yang hobi olahraga, hiburannya paling cuma mampir ke sport event.
Kalau pun mereka mampir ke tempat hiburan seperti USS, biasanya karena lagi menemani keluarga atau teman yang lagi berkunjung ke Singapura. Jadi, kalau kamu lihat USS begitu ramai dengan kaos bertuliskan “I Love SG”, sudah pasti mereka bukan orang Singapura atau pendatang yang bekerja. Tapi, mereka adalah turis yang sedang menikmati wisata di Singapura.
CURHATAN: BISA MEMPELAJARI BERBAGAI KARAKTER SUKU BANGSA
5 juta penduduk di Singapura, kebanyakan bukan penduduk asli, tapi pendatang yang bekerja di sana. Jika bekerja di sana, kamu akan bertemu dengan banyak orang dari berbagai negara. Awalnya pasti nggak terbiasa dengan pemikiran orang lain yang karakter dan budayanya berbeda dengan kita. Tapi, makin lama kamu akan terbiasa, jadi open minded, dan bisa menghargai perbedaan.
Orang yang sudah lama tinggal di luar negeri biasanya bakal cuek dengan pemikiran orang lain. Karena, kalau semuanya diikuti, bakal capek sendiri dan nggak ada habisnya. Misal, menurut kamu, nggak masalah jika cewek belum menikah, meskipun usianya sudah 30 tahun. Sedangkan menurut orang India, cewek yang menikah di usia 24 tahun aja sudah tergolong telat menikah. Nggak mungkin kan, kamu mengubah pemikiran kamu hanya demi menyenangkan orang lain. Karena, setiap suku bangsa unik dan punya ciri khas masing-masing.
CURHATAN: FASILITAS DAN KEAMANANNYA OKE
Kehidupan di Singapura dan Jakarta memang nggak beda jauh, tapi kalau soal kenyamanan dan keamanan jelas Singapura lebih menang. Makanya, kalau kamu jalan kaki seharian di Singapura, kamu nggak bakal mengeluh kegerahan atau banyak debu. Karena, jalanannya bersih dan bebas dari polusi udara. Selain bisa berhemat, hitung-hitung sekalian olahraga juga.
Di sana juga banyak fasilitas taman dan olahraga yang harganya terjangkau. Nggak heran kan, jika kamu traveling ke Singapura, kamu jarang melihat orang gemuk di sekelilingmu. Mau pakai baju seksi saat jalan-jalan di tengah malam juga nggak jadi masalah jika kamu tinggal di Singapura. Nggak bakal was-was seperti di Indonesia karena banyak abang-abang genit. Pokoknya, kamu bakal bebas mengekspresikan diri, deh! Pokeronline