Tips Mendidik Anak agar Tidak Bertindak Kasar, Jangan Dimarahi!
Uncategorized

Dampak Negatif Membentak bagi Kesehatan Anak

/Dampak Negatif Membentak bagi Kesehatan Anak

/Berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental anak

Setiap orangtua tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, termasuk dalam hal parenting. Namun terkadang, tingkah laku anak-anak yang terkesan sembrono atau mungkin menjengkelkan,

membuat orangtua emosi hingga akhirnya hilang kendali dan membentak sang anak karena perilakunya tersebut. Padahal, membentak anak justru tidak akan membawa dampak yang baik, dan malah bisa berakibat buruk di kemudian hari.aduQ

Apalagi jika membentak anak di lakukan setiap hari, tentu dampaknya akan sangat buruk di kemudian hari. Menurut studi yang di lakukan oleh Universitas Michigan dan Pennsylvania, an Universitas Negeri Michigan, anak yang di perlakukan lebih kasar dan yang kurang di beri kehangatan emosional oleh orangtuanya, menunjukkan sifat-sifat ‘tidak berperasaan’, termasuk kurangnya empati dan kompas moral. Selain itu, mereka juga lebih cenderung berperilaku agresif.

Selain bisa membuat anak berperilaku kurang baik, ternyata membentak anak juga bisa berdampak buruk bagi kesehatannya, lho. Di lansir berbagai sumber, berikut dampak negatif membentak bagi kesehatan anak.

Bisa menyebabkan anak depresi

Penggunaan memukul untuk mendisiplinkan anak telah menurun selama 50 tahun. Namun berteriak? Hampir semua orang terkadang masih membentak anak mereka, bahkan orangtua yang tahu itu tidak akan berhasil.

Sebuah penelitian yang di terbitkan pada tahun 2003 di Journal of Marriage and Family, menemukan bahwa 90 persen orangtua mengatakan mereka pernah membentak atau meneriaki anak-anak mereka di tahun sebelumnya. Dari keluarga dengan anak di atas usia 7 tahun, hampir 100 persen mengaku membentak anak mereka.

Padahal, selain membuat anak merasa terluka, takut, atau sedih, pelecehan verbal ini memiliki kemampuan untuk menyebabkan masalah psikologis yang lebih dalam yang terbawa hingga dewasa. Di lansir The New York Times, rumah tangga dengan insiden berteriak secara teratur, cenderung memiliki anak dengan harga diri yang lebih rendah dan tingkat depresi yang lebih tinggi.

Sebuah studi yang terbit tahun 2014 di The Journal of Child Development, menunjukkan fakta bahwa berteriak menciptakan hasil yang mirip hukuman fisik pada anak-anak. Ini mengakibatkan peningkatan tingkat kecemasan, stres, dan depresi, bersama dengan peningkatan masalah perilaku.aduQ

Dalam studi yang melacak peningkatan masalah perilaku oleh anak berusia 13 tahun yang di marahi, para peneliti juga menemukan peningkatan gejala depresi. Banyak penelitian lain juga menunjukkan koneksi antara pelecehan emosional dan depresi atau kecemasan. Gejala semacam ini bisa menyebabkan perilaku yang memburuk dan bahkan bisa berkembang menjadi tindakan yang merusak diri sendiri, seperti penggunaan narkoba atau peningkatan aktivitas seksual berisiko, mengutip Healthline.

Mengubah cara otak anak berkembang

Berteriak dan teknik pengasuhan kasar lainnya bisa benar-benar mengubah cara otak anak berkembang. Itu karena manusia memproses informasi dan peristiwa negatif lebih cepat dan menyeluruh daripada yang baik, mengutip Healthline.

Sebuah studi membandingkan pemindaian MRI otak orang-orang yang mempunyai riwayat pelecehan verbal orangtua di masa kanak-kanak dengan pemindaian mereka yang tidak memiliki riwayat pelecehan. Mereka menemukan perbedaan fisik yang mencolok di bagian otak yang bertanggung jawab untuk memproses suara dan bahasa.

Berteriak bisa menyebabkan anak mengalami nyeri kronis

Berteriak tidak hanya menimbulkan luka emosional. Sebuah studi tahun 2007 menemukan hubungan antara pengalaman masa kecil yang negatif, termasuk disiplin dan pelecehan yang keras, dengan perkembangan selanjutnya dari kondisi kronis yang menyakitkan, seperti radang sendi, sakit kepala parah, masalah punggung dan leher, dan nyeri kronis lainnya.

Tidak ada kata terlambat untuk membuat perubahan dalam perilaku mengasuh anak atau mempelajari beberapa teknik baru. Jika orangtua banyak berteriak atau kehilangan kesabaran, maka mintalah bantuan. Seorang terapis atau bahkan orang lain bisa membantu orangtua mengatasi beberapa perasaan itu, dan mengembangkan rencana untuk menghadapinya dengan cara yang lebih sehat.

Selain itu, cobalah untuk tarik napas dalam-dalam dan berhenti sejenak saat kamu ingin meneriaki anak. Tindakan ini tidak hanya bermanfaat untuk kamu, namun juga untuk anak.

Meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, asma, hingga kanker

Pelecehan verbal tidak hanya berdampak pada mental seorang anak, stres yang di timbulkannya pada anak-anak bisa membuat mereka berisiko mengalami masalah kesehatan yang serius ketika mereka dewasa. Menurut Mayo Clinic, tingkat stres yang tinggi bisa menyebabkan penyakit seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, dan obesitas. Ini juga bisa menyebabkan sakit kepala, masalah tidur, kelelahan, dan sakit perut.

Menurut penelitian baru yang telah di temukan, orangtua yang memukul atau meneriaki anak-anak mereka, menempatkan mereka pada risiko masalah kesehatan yang lebih besar di kemudian hari, termasuk kanker. Para ilmuwan mengatakan mereka yang memukul atau meninggikan suara pada anak-anak, membuat mereka berisiko terkena kanker, penyakit jantung, dan asma.

Mereka mengklaim hanya pukulan kecil dan teriakan yang bisa memiliki implikasi kesehatan jangka panjang yang sama dengan pelecehan dan trauma serius. Laporan tersebut menemukan penggunaan ‘hukuman keras’ di masa kanak-kanak meningkatkan risiko penyakit di kemudian hari. Di katakan tautan itu dapat di sebabkan karena memukul dan meneriaki anak-anak menyebabkan mereka stres.

Menurut sebuah studi yang di lakukan oleh psikolog dari Plymouth di Devon yang di terbitkan dalam Journal of Behavior Medicine, tingkat stres yang meningkat kemudian menyebabkan perubahan biologis dalam diri seseorang, yang bisa menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Profesor Michael Hyland dari Fakultas Psikologi Universitas memimpin penelitian tersebut.

Gangguan kognisi, memori, dan pembelajaran


Pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan selama berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, menciptakan stres yang beracun. Contoh, stres kronis ini yaitu termasuk penganiayaan anak seperti kekerasan fisik, pelecehan emosional, pelecehan seksual, dan penelantaran.

Anak-anak tidak bisa secara efektif mengelola jenis stres ini sendiri. Saat sisten respons stres anak kecil di aktifkan untuk jangka waktu yang lama, perubahan permanen bisa terjadi di otak yang sedang berkembang. Stres beracun adalah berita buruk bagi perkembangan anak.

Stres beracun menghasilkan peningkatan pelepasan hormon stres seperti kortisol. Kadar kortisol tinggi yang berkelanjutan bisa menyebabkan pusat belajar dan memori (hipocampus), dan pusat fungsi eksekutif (korteks prefrontal) menyusut. Ini mengganggu perkembangan kognitif anak. Defisit kognitif yang di hasilkan dan kontrol impuls yang buruk, bisa berlanjut hingga dewasa

BACA JUGA : Alasan Kamu Harus Pemilih Soal Pasangan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *