TAIPANQQ – Fakta Penting Shopaholic, Orang yang Kecanduan Belanja
Fakta nya Dalam budaya populer, citra berbelanja kompulsif cenderung melekat pada diri kaum hawa. Perempuan seolah memiliki mekanisme tersendiri untuk menyukai keindahan suatu produk, seperti tas, sepatu, pakaian, perhiasan, dan lainnya. Oleh karenanya, mereka dapat mengembangkan keinginan untuk membeli dan memiliki sesuatu yang menarik perhatian.
Hal menarik untuk ditelisik di sini adalah topik yang berkaitan dengan kebiasaan belanja atau shopaholic.
Shopaholic kadang di gunakan untuk menggambarkan seseorang yang kecanduan belanja atau oniomania.
Shopaholic sering di anggap sebagai kondisi kecanduan yang dapat di terima secara sosial.
Namun, apakah benar jika shopaholic hanya sebatas hobi? Atau justru tanda adanya gangguan mental? Berikut ini fakta menariknya.
Approval seeking
Individu yang mengembangkan kecanduan berbelanja atau shopaholic cenderung memiliki kebutuhan untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Kecenderungan tersebut akan berubah menjadi pola berulang untuk melakukan kebiasaan berbelanja kompulsif.
Saat berbelanja, seorang shopaholic bisa merasa bahagia karena mendapat pujian. Itu mengapa banyak di antara mereka mengembangkan sifat yang menyenangkan dan baik hati. Di samping itu, mereka memiliki tendensi untuk mudah terpengaruh oleh perkataan orang lain.
Mengembangkan harga diri rendah
Berbelanja atau shopaholic merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan harga diri apalagi jika objek yang di beli telah di kaitkan dengan produk mewah yang di damba banyak orang misalnya tas desainer ternama atau barang limited edition.
Namun, harga diri rendah bisa menjadi karakteristik umum dari kepribadian seorang shopaholic.
Fakta nya belanja berlebihan atau shopaholic sering kali dijadikan pelampiasan untuk mengatasi emosi negatif
Emosi negatif biasanya berkaitan dengan stres, sedih, bosan, takut, atau marah. Tidak jarang pula para shopaholic merasa lebih baik setelah berbelanja.
Mengalami masalah terkait emosional
Meskipun terkadang para shopaholic menjadikan aktivitas belanja untuk menghalau rasa cemas atau depresi, tetapi efeknya ini tidak berlangsung lama.
Menimbang permasalahan yang didera karena kecanduan berbelanja maka ada baiknya individu yang terdampak mengambil jalur intervensi yang lebih sehat.
Ini dapat melibatkan kegiatan terapi psikologis sesuai anjuran ahli. Perawatan berbasis medis lebih berdampak positif terhadap masalah mental terkait kecemasan dan depresi ketimbang mempraktikkan pembelian kompulsif.
Kontrol impuls tidak stabil
Dalam ranah psikologi, impuls merupakan bagian dari keinginan untuk melakukan suatu perbuatan. Kebanyakan orang (terlebih orang dewasa) mengklaim bahwa diri mereka pandai mengontrol impulsnya. Namun, studi dalam Psychiatry Research tahun 2015 menunjukkan bahwa sisi lain shopaholic adalah ketidakmampuan meredam keinginan untuk membeli barang secara berlebihan.
Penting untuk dipahami bahwa berbelanja secara berlebihan terkadang bisa menjadi jebakan untuk mendapatkan kontrol impuls secara ilusi. Misalnya, pada kasus memborong barang-barang yang harganya sedang diskon atau murah.
Kegiatan demikian menjadikan seseorang membeli barang yang sebenarnya tidak di butuhkan
Tidak jarang terjebak dalam fantasi
Kemampuan “berfantasi” tampaknya lebih besar kemungkinannya menyerang individu dengan shopaholic. Fantasi dalam ranah ini melibatkan:
Anggapan bahwa belanja banyak adalah kegiatan yang menyenangkan ditambah melakukan aktivitas lain, misalnya memamerkannya di media sosial.
Seolah dapat membayangkan semua konsekuensi positif dari membeli barang-barang yang diinginkan.
Menikmati permainan dalam “dunianya” sebagai bentuk pelarian dari kenyataan hidup yang keras.
Materialistis
Penelitian menunjukkan bahwa fakta nya para shopaholic lebih materialistis daripada konsumen pada umumnya. Akan tetapi, terdapat kompleksitas dalam ranah kecintaan terhadap harta benda. Secara mengejutkan, mereka sebenarnya tidak tertarik memiliki sesuatu dan kurang terdorong memperoleh harta benda.
Inilah mengapa individu dengan shopaholic sering membeli hal yang tidak di gunakan dan di butuhkan.
Shopaholic yang sampai memengaruhi aspek kehidupan sebaiknya diatasi dengan strategi perawatan yang melibatkan tenaga profesional.
Ini karena kecanduan berbelanja bukanlah perilaku wajar. Selain itu, dampak potensial yang sifatnya destruktif juga mengintai para shopaholic apabila tidak dapat mengontrol diri dengan bijak.
Pada dasarnya, memiliki hobi berbelanja adalah hak setiap orang.
Namun esensi yang perlu di perhatikan adalah menerapkan prinsip hidup sebagaimana mestinya.
Terkadang, seseorang lupa diri dan tidak hidup sesuai dengan kemampuan finansialnya. Maka dari itu, yuk, lebih bijak dalam mengelola keuangan.
BACA JUGA : Hindari Konsumsi Hal Ini Sebelum Berkendara Mobil Jarak Jauh