TAIPANQQ lounge – Fakta Sains Kenapa Nafsu Makanmu Hilang saat Sedih dan Stres
Pernahkah kamu bertanya-tanya kenapa saat kamu sedih, cemas, ataupun stres maka nafsu makan jadi hilang atau menurun drastis? Atau kalian baru saja menyadari kondisi ini? Kalau iya, kalian berada di tempat yang tepat!
Tahukah kalian bahwa sebenarnya situasi ini terdapat alasan ilmiah di baliknya, loh. Ada mekanisme biologis yang menjadi jembatan penghubung antara nafsu makan yang menurun dan juga kondisi psikologis yang menyebabkannya. Penasaran? itu lah fakta sains kenapa berhungan dengan nafsu makan Yuk, kita belajar bersama!
Interaksi antara kecemasan dengan hipotalamus dan amigdala
Pada dasarnya, pemrosesan emosi banyak di pengaruhi oleh otak, termasuk perasaan sedih, cemas, dan stres. Ketika kita merasakan emosi negatif, secara tidak langsung hal ini akan berpengaruh pada otak. Hasil penelitian dari studi yang di muat oleh jurnal Scientific Reports menunjukkan bahwa kelaparan dan ketakutan memicu aktivitas intens di dalam hipotalamus dan amigdala. Nah, inilah kunci dari kenapa penderita kecemasan sering kali kehilangan nafsu makan.
Ketika seseorang merasa cemas atau takut, aktivitas amigdala meningkat, lalu menciptakan perasaan ketegangan dan kecemasan yang dapat mengganggu nafsu makan. Di sisi lain, hipotalamus yang di aktifkan oleh perasaan lapar mungkin bertentangan dengan perasaan cemas ini. Kombinasi dari dua perasaan ini dapat membuat seseorang merasa bingung, bahkan hingga titik di mana mereka tidak lagi merasa ingin makan.
Oleh karena itu, saat kita sedih, stres, ataupun cemas, sangat wajar jika kita kehilangan nafsu makan. Namun, kita tidak boleh membiarkan kondisi tersebut berlarut-larut dan memengaruhi kesehatan.
Diaktifkannya “active fight-and-flight response”
Saat kita merasa cemas ataupun stres, tanpa sadar tubuh akan mengaktifkan “active fight-and-flight response.” Respon ini terjadi ketika tubuh mengeluarkan hormon katekolamin, seperti adrenalin dan noradrenalin, ke dalam aliran darah kita. Hal ini berdasarkan hasil penelitian oleh jurnal Cureus, di mana stres akibat kecemasan memang bisa memicu respons “active fight-and-flight response” yang mengaktifkan sistem simpatis-adrenal-medulla dan melepaskan katekolamin, terutama noradrenalin. Noradrenalin memiliki peran penting dalam menjaga tubuh tetap waspada saat stres melanda.
Namun, efek dari hormon ini tidak hanya berhenti pada peningkatan kewaspadaan dan detak jantung. Terbukti juga bahwa noradrenalin juga memiliki kemampuan untuk menekan nafsu makan selama situasi stres.
Akibatnya, tubuh tidak memprioritaskan pencernaan dan penyerapan makanan. Sebagai gantinya, energi di alokasikan untuk meningkatkan tekanan darah, denyut jantung, dan kesiapan fisik lainnya untuk mengatasi stres. Itulah yang menyebabkan kita merasakan emosi negatif dari tubuh dan mengalami penurunan nafsu makan.
Pelepasan hormon kortikotropin (CRH)
Hasil penelitian dari studi yang di lakukan oleh jurnal Cureus memberikan penjelasan mengapa saat kita merasakan emosi negatif, maka nafsu makan akan menghilang. Stres yang berasal dari kecemasan dapat menghasilkan hiperaktivitas pada sejumlah sistem tubuh, termasuk sumsum tulang belakang, hipotalamus, dan hipofisis.
Hiperaktivitas sumbu HPA menyebabkan pelepasan hormon kortikotropin (CRH) yang memiliki kekuatan anoreksigenik yang signifikan. Pada manusia, CRH di ketahui memiliki efek anoreksigenik, yang berarti kemampuannya untuk mengurangi nafsu makan.
Hormon kortikotropin (CRH) mengurangi nafsu makan melalui pengaruhnya dalam mengurangi sintesis dan pelepasan neuropeptida Y (NPY). Di mana neuropeptida Y dapat mempengaruhi nafsu makan pada manusia. Itulah mengapa saat kita sedih, cemas, takut, ataupun perasaan negatif lain muncul, maka nafsu makan akan menurun.
Dilepaskannya neuropeptida oleh tubuh
Neuropeptida adalah senyawa kimia dalam otak yang memiliki peran dalam mengatur berbagai fungsi fisiologis dan perilaku, termasuk nafsu makan dan kecemasan. Di mana saat kita lapar, tubuh akan melepaskan senyawa neuropeptida.
Studi dari jurnal Scientific Reports menjelaskan bagaimana kondisi ini bisa saling terkait. Saat kita merasakan emosi negatif, tubuh akan bereaksi seperti saat kita merasakan lapar. Tubuh akan melepaskan neuropeptida tertentu untuk mengatasi perasaan tersebut.
Pelepasan neuropeptida tersebut menyebabkan tubuh merasa rileks, dan akhirnya perasaan lapar pun menurun. Namun, perlu di catat bahwa tidak semua neuropeptida bereaksi sama terhadap rasa lapar. Hal ini menunjukan betapa kompleksnya cara kerja tubuh manusia.
Meningkatkannya produksi hormon adrenokortikotropik (ACTH)
Ketika seseorang mengalami kecemasan, stres yang timbul dapat menyebabkan hiperaktivitas pada sejumlah sistem tubuh, termasuk sumsum tulang belakang, hipotalamus, dan hipofisis. Studi dari jurnal Cureus menjelaskan bagaimana hiperaktivasi sumbu HPA dengan penurunan nafsu makan seseorang saat merasakan emosi negatif.
Pada hipotalamus, terdapat proopiomelanocortin (POMC) yang menghasilkan dua peptida penting, yaitu α-MSH dan ACTH. Keduanya bekerja bersama-sama untuk mengurangi nafsu makanan. Dengan kata lain, saat stres terjadi, mekanisme ini dapat mengurangi nafsu makan.
Saat ACTH di produksi dan bersama dengan α-MSH berada di nukleus paraventrikular hipotalamus, keduanya memiliki efek yang mengurangi dorongan untuk makan. Oleh karena itu, stres akibat kecemasan dapat memicu respons hiperaktif pada sistem ini, yang kemudian mengurangi nafsu makan.
Setelah tahu penjelasan ilmiah mengapa emosi negatif, termasuk sedih dan stres bisa menyebabkan hilangnya nafsu makan, tentunya hal ini akan menambah pengetahuan kita dan menyadarkan betapa hebatnya Tuhan dalam merancang karya-Nya. Dan saat kita merasakan emosi negatif, alangkah lebih baiknya tetap memperhatikan kesehatan kita, ya!
BACA JUGA : Manfaat Minum Susu Kambing, Baik Untuk Jantung Dan Tulangmu