Ini Penyebab Janin Meninggal di Dalam Kandungan
TAIPANQQ Lounge – Kehamilan merupakan suatu anugerah yang luar biasa bagi pasangan suami istri yang mendambakan buah hati. Sayangnya, tidak semua kehamilan berjalan mulus dan sehat hingga sang bayi lahir.
Terkadang, ada masalah kehamilan yang menyebabkan bayi meninggal di dalam kandungan. Kondisi ini juga di sebut dengan KJDR (Kematian Janin Dalam Rahim) atau IUFD (Intrauterine Fetal Death).
Kematian janin dalam rahim merupakan kondisi yang berbeda dengan keguguran. Jika keguguran terjadi di usia kehamilan 20 minggu pertama, KJDR terjadi saat janin meninggal saat usia kehamilan sudah di atas 20 minggu.
Lantas, apa penyebab dari kematian janin di dalam kandungan? Dokter Keven, seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dalam kanal YouTube-nya, menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan janin meninggal di dalam kandungan.
Infeksi di masa kehamilan
Salah satu penyebab paling umum dari kematian janin dalam rahim adalah infeksi dari keputihan.
Keputihan saat hamil umumnya normal terjadi. Namun, dalam beberapa kasus, keputihan bisa menyebabkan kuman di vagina naik ke dalam rahim dan menyebabkan infeksi intrauterin.
“Yang paling sering adalah infeksi pada saat kehamilan. Infeksi bisa terjadi misalnya Moms sering mengalami keputihan. Keputihan itu nanti kuman-kuman dari vagina naik ke dalam rahim dan menggerogoti selaput ketuban,” tutur dr. Keven dalam kanal YouTube-nya.
Infeksi intrauterin dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang serius pada kehamilan, seperti ketuban pecah sebelum persalinan, bayi lahir prematur, hingga bayi meninggal di dalam rahim.
Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi pada ibu hamil bisa menjadi salah satu penyebab janin meninggal di dalam rahim. Kematian janin juga bisa di sebabkan oleh preeklampsia yang di tandai dengan tekanan darah tinggi dan kandungan protein yang tinggi dalam urine ibu hamil.
Tekanan darah tinggi pada ibu hamil bisa menyebabkan gangguan aliran darah ke plasenta, yang berfungsi memberikan oksigen dan nutrisi ke janin.
Akibatnya, janin mengalami kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi yang di perlukan untuk pertumbuhannya, yang dapat berujung pada kematian janin di dalam rahim.
Di abetes
Selain tekanan darah tinggi, di abetes atau tingginya kadar gula darah yang tidak terkontrol di masa kehamilan juga dapat menyebabkan kematian janin dalam rahim.
Umumnya, di abetes di masa kehamilan di tandai dengan rasa haus yang meningkat, sering buang air kecil, mulut terasa kering, hingga kelelahan.
Maka dari itu, ibu hamil dengan riwayat di abetes perlu mendapatkan pemantauan secara teratur dan pemeriksaan prenatal untuk mencegah komplikasi kehamilan yang lebih serius.
Penyakit tiroid
Penyakit tiroid yang tidak terkontrol pada ibu hamil juga dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk meninggalnya janin di dalam rahim. Kondisi ini di kenal sebagai hipotiroidisme atau hipertiroidisme, tergantung pada jenis penyakit tiroid yang di alami oleh ibu hamil.
Hipotiroidisme merupakan kondisi kekurangan hormon tiroid tiroksin karena kelenjar tiroid yang kurang aktif. Sementara hipertiroidisme terjadi ketika kelenjar yang terlalu aktif menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid.
Jika ibu hamil memiliki penyakit tiroid yang parah, umumnya dokter akan memberikan obat-obatan dan memberikan pemantauan untuk mencegah komplikasi.
Masalah pada plasenta
Penyebab lain dari kematian janin dalam rahim adalah adanya masalah pada plasenta, termasuk solusio plasenta. Solusio plasenta merupakan kondisi plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum melahirkan.
Solusio plasenta dapat mengganggu pasokan nutrisi dan oksigen kepada janin, yang bisa menyebabkan komplikasi serius termasuk kematian janin dalam rahim.
Selain itu, pengapuran plasenta juga bisa menjadi penyebab meninggalnya janin. Pengapuran plasenta adalah kondisi di mana terjadi deposit kalsium yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil.
Pengapuran plasenta dapat menyebabkan kematian pada janin karena keterlambatan asupan nutrisi dan oksigen.