TaipanQQLounge – Memahami Dan Mengenali Anak Autis yang Istimewa. Barangkali belum semua orang bisa langsung mengenali seorang anak autis. Mereka memang sepintas lalu terlihat sama saja dengan anak-anak kebanyakan. Setelah beberapa saat diamati, barulah terlihat ada satu dua hal istimewa yang biasa dilakukan oleh anak autis.
Anda bayangkan saja ada seorang balita berusia 4 tahun dengan wajahnya yang menggemaskan. Sekilas tidak ada yang ganjil dari penampilannya. Namun ada sesuatu yang membuat balita ini berbeda.
Dibandingkan bermain dengan teman-teman sebayanya, ia lebih suka memutar-mutar roda mobil-mobilannya berulang kali, lagi dan lagi. Ia tidak bisa lepas dari mainan itu meskipun ada begitu banyak mainan lain di sekitarnya. Anda mencoba untuk memanggil namanya, namun ia tidak menghiraukan Anda. Anda mencoba menarik perhatiannya dengan mengajaknya bicara dan tersenyum padanya, namun ia tidak balas tersenyum.
Apa yang muncul di benak Anda mengenai balita ini?
Ya, mungkin Anda berpikir bahwa sikapnya biasa saja, namanya juga anak kecil. Biasalah ya, suka agak-agak jual mahal kalau bertemu dengan orang asing, atau orang yang tak biasa bersamanya sehari-hari.
Atau, mungkin juga Anda menduga bahwa anak tersebut kurang mendapat asuhan orang tuanya. Terbiasa sendiri, maka ia pun tak peduli pada lingkungannya. Mungkin ia tak pernah diajari untuk bersopan santun.
Ya, mungkin itulah yang terlintas di benak Anda, bukan?
Bisa saja memang hal-hal tersebut yang menjadi penyebab si balita tak merespons Anda. Tapi juga ada kemungkinan lain; balita itu adalah anak autis.
Memang secara fisik, seorang anak autis tampak baik-baik saja. Karena hal ini pulalah, anak dengan autisme sering kali disalah mengerti oleh orang di sekitarnya. Ada yang menganggap mereka sebagai anak nakal, bodoh, atau aneh. Lebih sedih lagi, karena dianggap bodoh, anak autis lantas mengalami perlakuan diskriminatif. Duh!
Padahal mereka adalah anak-anak istimewa yang membutuhkan bantuan kita. Oleh karena itu, coba yuk, kita dalami lebih jauh mengenai anak autis ini.
Pengertian Autisme
Autisme adalah spektrum gangguan perkembangan pada aspek-aspek berikut:
- Komunikasi, termasuk kesulitan menggunakan dan memahami bahasa, termasuk mengulang-ulang kalimat atau kata tertentu atau mempunyai keterbatasan dalam berbicara.
- Sosial, termasuk kesulitan berinteraksi dan berteman dengan orang lain, kesulitan dalam memahami ekspresi wajah orang, dan kesulitan dalam melakukan kontak mata.
- Gangguan perilaku, misalnya melakukan gerakan yang sama berulang-ulang atau mengulangi bunyi atau kata-kata tertentu secara berulang-ulang.
Menurut WHO, statistik menunjukkan bahwa ada 1 dari 160 anak mengalami autisme.
Hmmm, bukan angka statistik yang kecil, bukan? Namun, yang perlu kita ketahui bahwa autisme merupakan spektrum, yang artinya setiap anak dengan autisme bisa saja memiliki gejala dan tingkat keparahan yang berbeda-beda, mulai dari ringan hingga sangat berat.
Ada anak autis yang seumur hidup memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan kegiatan sehari-hari, namun ada juga yang dapat hidup mandiri. Bahkan ada anak autis yang memiliki tingkat intelegensi di atas rata-rata, atau memiliki bakat di bidang seni, matematika, sains, dan sebagainya. Gejalanya begitu ringan, seolah-olah tidak ada yang salah hingga banyak yang tidak menyadari bahwa orang tersebut menderita gangguan autis.
Autisme sendiri terkadang muncul bersamaan dengan kondisi lain, seperti epilepsi, depresi, kecemasan, gangguan perhatian dan hiperaktivitas. Karena itulah, mengapa kita harus mengenali dan menangani gangguan ini melalui pendekatan yang menyeluruh.
Seorang anak yang menunjukkan gejala-gejala autisme tidak akan serta merta dinyatakan sebagai anak autis tanpa melalui serangkaian tes dan diagnosis.
Penyebab Autisme
Hingga saat ini masih belum jelas apa yang menjadi penyebab autisme. Beberapa faktor di perkirakan berkaitan terhadap kejadian autisme ini, termasuk genetik dan lingkungan.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa materi genetik yang d iturunkan dari orang tua dapat berisiko terjadinya autism pada anak. Kemudian risiko yang di pengaruhi oleh faktor genetic tersebut dapat berpotensi lebih besar jika di dorong adanya faktor lingkungan. Beberapa faktor yang dapat berpengaruh di antaranya kelahiran premature (sebelum 35 minggu) atau paparan alkohol dan pengobatan tertentu (misalnya pengobatan epilepsi).
Namun, harap diingat, bahwa autisme sendiri telah terbukti tidak di sebabkan oleh pola asuh yang salah maupun akibat vaksin.
Jadi kalau ada isu vaksin bisa menyebabkan autisme, hal itu tidaklah benar.
Deteksi Anak Autis
Umumnya gejala anak autis akan terlihat pada 5 tahun awal kehidupannya, dan terus berlanjut hingga dewasa.
Diagnosis autisme sendiri dapat di lakukan dengan melihat perilaku dan perkembangan anak, dan dapat di tegakkan sejak usia 2 tahun oleh tenaga kesehatan profesional.
Akan perlu di lakukan pemeriksaan skrining lebih awal pada anak, jika ia terdeteksi memiliki risiko tinggi.
Seperti apa yang termasuk risiko tinggi itu? Yaitu mereka yang:
- Memiliki riwayat keluarga dengan autisme
- Memiliki perilaku yang mengarah pada autisme
- Riwayat lahir prematur
- Berat badan lahir rendah.
Deteksi dini dan penanganan dengan segera sangatlah penting untuk mengurangi gejala autisme dan meningkatkan kualitas hidup anak dengan autisme dan keluarganya.
Nah, jika Anda memiliki anak atau keponakan yang masih balita, dan Anda ingin tahu apakah ia memiliki kecenderungan autisme, Anda dapat memperhatikan beberapa gejalanya.
Beberapa gejala yang bisa menunjukkan kemungkinan autisme:
- Tak merespon saat namanya dipanggil pada usia 12 bulan
- Tidak mau menunjuk mainan atau benda tertentu untuk memperlihatkan ketertarikannya pada usia 14 bulan
- Tidak mau melakukan permainan yang bersifat interaksi (misalnya bermain pura-pura) pada usia 18 bulan.
Sebenarnya masih ada banyak gejala lain yang bisa mengarah pada autisme. Agar lebih detail, sebaiknya Anda langsung saja berkonsultasi dengan tenaga kesehatan yang terpercaya.
Ketika anak berusia 18 bulan dan 24 bulan, ada baiknya jika di lakukan pemeriksaan skrining autisme oleh tenaga kesehatan yang terlatih karena semakin cepat autisme di diagnosis, maka akan semakin besar peluang bagi kita untuk berusaha meningkatkan kualitas hidup penderitanya.
Terapi Autisme
Hingga saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan autisme, namun ada berbagai terapi yang dapat di lakukan untuk mengurangi gejalanya.
Terapinya sendiri bisa berbeda-beda tergantung dari gejala dan tingkat keparahan gangguan. Terapi yang dapat d iberikan biasanya berupa:
- Terapi perilaku. Pada umumnya anak autis merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya. Mereka sering kali merasa frustrasi, saat orang-orang di sekitarnya tak mengerti apa mau mereka. Anak autis juga sering hipersensitif terhadap sentuhan, cahaya, dan juga suara.
- Terapi wicara. Salah satu gejala paling umum yang terjadi pada anak autis adalah mengalami kesulitan dalam berbahasa ataupun berkomunikasi dengan orang lain. wicara dan berbahasa yang di berikan oleh terapis yang terlatih akan sangat menolong anak autis.
- Terapi okupasi, yaitu terapi yang di lakukan untuk meningkatkan motorik halus anak autis.
- Terapi psikososial lainnya, yang terbukti dapat mengurangi gangguan komunikasi dan sosial, serta meningkatkan kualitas hidup penderita. Umumnya anak autis mengalami kelemahan yang cukup signifikan dalam kemampuan bicara dan bahasa sehingga dapat menggunakan media gambar untuk membantu dalam komunikasi.
Meski ada banyak terapi yang bisa dilakukan, namun kualitas hidup anak autis tidak akan bisa meningkat tanpa dukungan dari keluarga.
Ada beberapa hal yang harus d ilakukan oleh keluarga demi peningkatan kualitas hidup anak autis, di antaranya:
- Jangan memaksa anak untuk melakukan sesuatu, jika ia memang tidak ingin melakukannya.
- Seperti yang kita tahu, anak autis mengalami kesulitan untuk mengungkapkan keinginan dan kebutuhan. Karena itu, kesabaran dalam menghadapinya adalah hal penting.
- Jauhkan dari hal-hal yang berbau kekerasan atau perilaku kasar.
- Buat jadwal rutin kegiatannya sehari-hari, agar ia berlatih untuk berpindah dari aktivitas satu ke yang lainnya secara lebih terstruktur.
- Tetap berikan ia waktu untuk dirinya sendiri.
- Meminimalkan kebisingan suara dalam mendidik anak autis
- Dapat menggunakan bahasa yang sederhana, perlahan dan jelas serta berikan jeda di antara kata agar anak autis lebih memahami
- Tambahkan gerakan tertentu pada kata yang di sampaikan agar anak lebih memahami
Dengan dukungan dan perhatian yang cukup, di harapkan anak autis akan mampu mencapai potensinya seoptimal mungkin untuk dapat menghadapi dunia luar.
Baca Juga : Berikut Cara Mencegah Penyakit Jantung